Counter

Flag Counter

Suasana Diskusi Altaris

Pemecahan kegalauan bersama-sama.

antusiasme saudara Yogi

diskusi yang tiada habisnya.

Kemeriahan Diskusi para Altaris

Sebuah Diskusi Pencerahan.

Semangat para Altaris

Saat klimaks.

Serius tetapi santai brooo.....

Segelas kopi, sebatang rokok, dan bermacam gorengan menemani dinginnya malan.

Kemeriahan para Altaris

Kompak selalu.

Antusias Putra

Sok Sedikit Serius..... hahaha.

The Thinking of Confusing

Pusing Ria Bersama.

Puasa feat Rifa'i

Duet maut yang sangat Meyakinkan.

Wednesday, May 29, 2013

Kritis, Menuju Emansipatoris yang Nyata


Kritis, Menuju Emansipatoris yang Nyata
by: Abdul Aziz
Kritis Menurut variasi Pendapat
Kritis dalam pengertian Immanuel Kahn mempertanyakan The Condition of Possibility (syarat kemungkinan) dari pengetahuan kita sendiri. Kahn ingin menunjukkan bahwa rasio mampu mengkritisi kemampuannya sendiri dan dapat menjadi pengadilan tertinggi untuk hasil refeleksinya sendiri yaitu ilmu pegetahuan dan metafisika. Hegel mengkritik Kahn, dengan menyatakan bahwa rasio itu bersifat kritis tidak dengan cara transendental dan ahistoris, seakan-akan rasio telah sempurna pada dirinya. Rasio menjadi kritis justru ketika menyadari asal-asul pembentukannya sendiri. Hegel menganggap rasio bukanlah kesadaran lengkap yang bebas dari rintangan sejarah umat manusia dan alam, melainkan memproes semakin sadar adanya rintangan-rintangan ini.
Selain itu, kritis menurut Karl Marx mungkin lebih familiar di telinga kita, yaitu usaha usaha mengemansipasikan diri dari penindasan dan alienasi yang dihasilkan oleh kekuasaan di masyarakat. Freud dengan psikoanalisanya mengartikan kritis sebagai refeleksi, baik dari pihak individu maupun masyarakat, atas konflik psikis yang menghasilkan represi diri dari kekuatan asing yang mengacau kesadarannya.
Habermas melihat bahwa modernitas yang mengandalkan positivisme tidak mampu lagi memanusiakan manusia (humanisasi). Dia melihat bahwa rasio telah menelan nilai-nilai moral dan kultural dari benak setiap manusia. Melalui masyarakat komunikatif Habermas ingin membangkitkan suara-suara rakyat yang kita tahu jarang mendapatkan ruang pada saat itu. Habermas pada saat itu melihat bahwa terjadi kesenjangan antara majikan dan buruh dan tentu saja ini dapat memberi dampak negatif terhadap buruh itu sendiri.

Kritisisme sebagai Emansipatoris
Pergulatan untuk menciptakan emansipatoris (kebebasan) telah diluncurkan berbagai pihak, khususnya Habermas. Kita melihat bahwa rasionalitas telah menjadi prmikiran puncak dalam melihat suatu fenomena. Mengenai hal ini, Habermas meninggalkan proletariat dan mendaratkan teorinya pada konteks lain yang sangat umum, rasio manusia. Rasio yang sebelumnya oleh pendahulunya berkaitan dengan kesadaran revolusioner berdasarkan pada paradigma kerja, oleh Habermas diarahkan pada paradigma komunikasi dengan menmpuh jalan konsensus. Hal ini bertujuan terciptanya demokrasi radikal, yaitu hubungan sosial yang terjadi di dalam lingkup komunikasi bebas penguasaan. Perjuangan kelas pada teori Marxis klasik hanya berkisar pada revolusi politis, yang kemudian diganti dengan perbincangan rasional yang emansipatoris.

Wednesday, May 8, 2013

Ruang Publik, Legiitimasi Kaum Borjuasi


Ruang Publik, Legitimasi Kaum Borjuasi
by Ahmad Riyadi

Sejarah modern barat tidak lepas dari rezim absolutisme kerajaan Perancis dan Revolusi Industri di Inggris. Kekelan pengaruh yang bersifat dogmatis dari kerajaan perancis membuahkan ketimpangan dalam realitas masyarakat, terutama cendekiawan. Begitu juga dengan revolusi industri, tidak puasnya dengan sistem ekonomi sehingga bermuara kepada pelepasan sistem ekonomi yang dipercayai mampu mensejahterakan seluruh masyarakat di Inggris tanpa intervensi negara (kerajaan).
Begitulah perjalanan sejarah yang menciptakan ruang baru, sebuah ruang yang ‘dianggap’ mampu dinikmati semua kalangan masyarakat, Habermas menyebutnya Ruang Publik (Public Sphere). Ini merupakan sebuah ruang yang menurut Habermas ditujukan untuk individu atau masyarakat dengan mendapatkan peluang yang sama.
Ruang Publik awalnya ditempati dan dikuasai oleh kaum borjuasi setelah runtuhnya rezim absolutisme. Pergeseran ruang oleh kaum borjuasi tersebut terletak diantara tidak ‘wah’nya peran istana yang gemilang. Sehingga demikian kaum borjuasi melalui ruang publik (salon, tempat ngopi, pasar, museum, dll) menindaklanjuti legitimasinya di ruang publik tersebut.
Dengan demikian masyarakat biasa menganggap ini peluang untuk ‘sama-sama’ menikmati kegemilangan publik. Terbukti dengan banyaknya masyarakat akhir-akhir ini menyerupai atau meniru baik itu tindakan, fashion, maupun cara berfikir dengan kaum borjuasi. Padahal, Ruang Publik yang digagas oleh habermas berharap bahwa ruang ini murni berdasarkan being dari individu atau mansyarakat itu sendiri.
Pelestarian ruang publik tidak hanya terhenti melalui keberadaan realitasnya. Melalui iklan, aksesoris, media, dan terutama melalui opini publik untuk menguatkan legitimasi kaum borjuasi. Perdebatan panjang mengenai opini publik terus mengalami dialektika. Hegel menganggap opini publik sebagai kesadaran bersama melalui hati nurani. Pendapat Hegel ini berbeda dengan Karl Marx. Karl Marx menyebut opini publik sebagai kesadaran palsu masyarakat yang pasti bersifat menipu.
Meskipun demikian, ruang publik bagi Karl Marx membutuhkan kesadaran penuh agar tidak menciptakan alienasi. “Kabar” ini menyampaikan kesan politis yang berujung pada Sosialisme yang menjadi tujuan Marx sebagai wujud mencapai penghapusan konsep negara. Hal ini tentunya sangat jauh berbeda dengan Hegel. Hegel sangat mempercayai dengan menjadikan opini publik sebagai kesadaran bersama, maka akan terwujud kesadaran ‘kritis’ masyarakat sipil.
J.S.Mills juga menyebutkan opini publik sebagai pemaksaan terhadap pekerja kasar (buruh) untuk beraktualisasi di tempat tersebut. Sehingga Mills menyebutnya sebagai tindakan sebagai tidak karuannya masyarakat sipil. Dalam artian tidak ada kejelasan masyarakat sipil terhadap kaum borjuasi yang mengerucut pada melepurnya masyarakat sipil terhadap kaum borjuasi yang merugikan masyarakat sipil itu sendiri.

 
Design by fthemes
Bloggerized by Seo Lanka and Blogger Template